Thursday, September 30, 2010

Ujung-ujungnya....... Uang?

Materialistis sudah bukan lah isu yang perlu diperdebatkan didunia yang sudah serba modern ini, karena materialistis adalah sifat mutlak yang sudah pasti dimiliki oleh orang yang masih menggunakan otaknya dan ingin hidupnya lebih berguna. Sosialis tidak akan bisa berbuat baik kepada sesama tanpa materi, pemimpin tidak akan bisa memimpin tanpa materi, dan bahkan pemuka agama pun pasti bohong jika di setiap dakwahnya ia tidak mengharapkan imbalan untuk menyambung hidup, dan sebagainya.

Dibalik segala cita-cita kebanyakan manusia, pastinya banyak yang  sebenarnya lebih mengarah pada tujuan materi dibanding kemanusiaan dan kepuasaan batinnya. Mari kita ambil contoh, dokter misalnya, walaupun dokter adalah sebuah profesi yang baik karena dapat menyembuhkan sesama manusia dari penderitaan sebuah penyakit, tapi sudah jelas bahwa dokter adalah profesi yang pastinya akan cepat membawa kita pada kekayaan, kita semua tau jaman sekarang berobat serba mahal, tidak jarang kita bisa mengeluarkan uang sebesar 300 ribu demi menyembuhkan sebuah penyakit biasa. Maka dari itu ada sebuah pepatah yang menyebutkan 'Sehat itu mahal'.

Memang, uang adalah hal yang sangat amat memanjakan kita, uang bisa membeli segalanya, kenyamanan, keamanan, prestis, gengsi, pendidikan, kenikmatan, bahkan cinta pun bisa dibeli dengan uang, saya yakin itu. Bohong kalau anda mengucap 'saya tidak butuh uang' karena kita semua mutlak membutuhkannya.

Tapi, apakah segala sesuatu harus dibandingkan dengan materi? Haruskah kita menilai derajat tinggi rendahnya suatu orang/kaum/bangsa dengan materi? Haruskah kita menilai Jepang lebih hebat dari India hanya karena Jepang merupakan negara yang lebih kaya dari India? Haruskah kita menilai Bob Sadino lebih terhormat dari seorang Ibu-Ibu sederhana pendiri panti asuhan hanya karena Bob Sadino lebih kaya secara materi? Jawabannya tentu saja tidak.

Mari kita lihat dari perspektif yang berbeda, dont judge a book by the cover. Segala sesuatu punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, setiap manusia punya target pencapaian yang tentu saja berbeda walaupun semua orang membutuhkan hal yang disebut materi. Secara kasat mata kita boleh menyebut Donald Trump lebih sukses dibanding Kurt Cobain karena pastinya Donald Trump lebih kaya dari Kurt Cobain. Namun apakah harus kita menilai segala sesuatu dari segi materi? Sekali lagi jawabannya tentu saja tidak. Karena, seorang Kurt Cobain punya nilai lebihnya sendiri dibanding Donald Trump yang tentu saja bukan nilai lebih berupa uang. Ia memang tidak sekaya Donald Trump, namun ia mempunyai pengaruh yang sangat amat besar pada sejarah perkembangan musik dunia, jauh lebih besar dibanding pengaruh Donald Trump yang-kaya-raya-itu terhadap dunia bisnis.

Mari ubah sudut pandang kita, jangan lah kita menilai seseorang dari seberapa banyak uang yang ia punya, seberapa besar rumah yang mampu ia beli atau seberapa banyak mobil mewah yang ada digarasinya. Setiap orang punya target pencapaian yang berbeda, dan janganlah kekayaan dijadikan tujuan utama, karena orang-orang yang menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama hanyalah orang bodoh kelas kakap. Ubahlah tujuan kita menjadi orang yang terbaik dibidang kita masing-masing, lihatlah apa yang telah kita berikan pada diri sendiri dan pada bidang kita. Jadilah orang yang akan selalu dikenang karena prestasi dibidang kita masing-masing. Percayalah, seorang Nyoman Nuarta, seniman luar biasa asal Bali yang kekayaannya tidak seberapa namun seseorang yang nomer 1 dibidangnya akan lebih dikenang dunia dan harum namanya dibanding seorang milyuder yang berprofesi sebagai businessman yang tentunya sudah banyak juga milyuder-milyuder dengan profesi yang sama.

Lihat apa yang telah kita berikan pada dunia kita, jangan lihat seberapa banyak kekayaan yang telah kita dapat. Jadilah orang yang terbaik dibidang kita masing-masing, jangan liat seberapa kekayaan yang kita dapat dari bidang kita itu. Karenanya, kita tidak bisa menjadikan materi sebagai tolak ukur. Tidak mungkin kita membanding lebih hebat siapa antara Valentino Rossi dengan Rafael Nadal, karena mereka sama-sama hebat mereka sama-sama menjadi orang yang terbaik dibidangnya masing-masing, karena tidak mungkin kita membandingkan mereka dari segi 'lebih kaya siapa, Rossi atau Nadal?'. Setuju? Itulah apa yang saya sebut dengan 'materi bukan tolak ukur utama, melainkan seberapa hebat kita dibidang kita masing-masing.'

Yang kita butuhkan bukan menjadi yang terkaya, melainkan menjadi yang terhebat.

Cheers!

 

Destiny?

Bagi seorang mahasiswa baru atau yang kerap disebut maba, persoalan tentang kuliah dimana dan fakultas apa  adalah sebuah perbincangan yang sering kali sensitif untuk dibahas, dan tentu saja tidak lepas dari 'kesan' yang ditimbulkan saat kita menyebut kita di fakultas apa dan universitas apa, yang pastinya akan berujung pada pemikirin seberapa tinggi kualitas kita.

perbincangan yang hanya akan berujung pada sebuah pembelaan diri yang tidak penting. Pandangan orang terhadap responden yang menjawab 'Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung' atau 'Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia' dengan responden yang menjawab 'Sastra Cirebon BSI' tentu akan berbeda.

Tapi, who knows? Semua ada pada kehendak Tuhan, bung. Semua tergantung pada orang itu masing-masing, sebagian besar dari 50 orang terkaya didunia pun banyak yang mengawali kesuksesannya bukan dari perguruan tinggi ternama disuatu negeri, bahkan ada juga yang hanya lulusan SMA atau bahkan SMP, itu semua merupakan berkah dari talent dan luck yang tidak ditentukan oleh dimana anda kuliah.

Ya walaupun mereka yang menuntut pendidikan di perguruan tinggi pilihan sudah pasti adalah orang-orang terpilih yang (semestinya) memiliki bakat dan potensi, tapi (sekali lagi) who knows? Tidak ada yang bisa menjamin 'akhir' dari hidup seseorang. Namun bolehlah mereka tetap berbangga atas almamater tersebut, berbangga lah selagi bisa, sebelum nasib yang sebenarnya menjemput. Karena almamater perguruan tinggi ternama adalah sebuah boomerang besar yang sangat amat mematikan. Bayangkan, pastinya akan lebih memalukan jika seorang lulusan STEI ITB akhirnya jatuh miskin daripada seorang yang hanya lulusan SMA jatuh miskin bukan?

Jadi, jangan lah bersombong, jangan lah disilaukan oleh sebuah jaket almamater, nasib seseorang bukan ditentukan oleh dari jaket almamaternya, melainkan dari usaha dan keberuntungan orang tersebut.

Cheers, mates!

Sunday, June 6, 2010

We Are Foals



Gue ga tau apalagi namanya kalo bukan jenius.

Monday, May 10, 2010

You Only Live Once

Pada umumnya sejak kecil kita memang dididik untuk menjadi manusia yang berperilaku baik, manusia yang berguna bagi manusia lainnya, manusia yang sukses dunia secara materi, manusia yang sukses dunia secara batin dan punya cukup bekal untuk kehidupan setelah mati nanti. Ya, semua orang tau itu.

Kita dididik untuk selalu mentaati peraturan, karena menurut mereka pada hakikatnya menaati peraturan melatih kita untuk disiplin, yang kelak kedisiplinan akan membantu kita untuk meraih kesuksesan.

Ada sebuah pepatah, 
Lakukanlah yang terbaik, karena hidup ini cuma sekali.

Mungkin memang banyak juga diantara kita yang ikut pada prinsip ini. Seperti, "Ah gue ga akan mau jadi kaya orang-orang difilm Jack Ass. Kurang kerjaan.", "Ngapain sih mereka kebut-kebutan di tol? Kalo kecelakaan mampus lo.", "Huh, dasar pemalas, cabut sekolah mulu. Kaya gue dong, ga pernah bolos.", "Ngapain sih mereka kelakuannya konyol banget, ngabisin waktu aja. mending belajar." dan sebagainya.

Memang, mereka ada benarnya. Karena waktu adalah uang. Sesuatu yang sangat berharga karena kita tidak akan bisa mengulangnya, oleh karena itu lah menurut mereka, kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan melakukan hal-hal yang berguna dan baik tentunya.

Tapi, coba kita lihat dari perspektif yang berbeda. Bukan kah kita hanya hidup sekali? Bukan kah waktu sangat berharga? Lalu mengapa dihidup yang hanya sekali ini kita hanya melakukan hal yang baik-baik saja? Cobalah untuk bersikap out of the box. kita hanya hidup sekali, banyak sekali hal yang kita tidak tahu. kita ngga akan tahu cabe itu pedes kalo kita belom pernah makan cabe. kita tidak akan maju kalo hanya terpatok dengan aturan-aturan yang hanya menghambat langkah kita untuk bebas.

Cobalah untuk jadi pemberontak. We're young, guys! we're supposed to be free! banyak hal yang harus kita cicip sebelum kita mati. Orang-orang yang mengisi hidupnya hanya dengan berkelakuan baik aja mungkin ga tau gimana rasanya memicu adrenalin dengan melanggar aturan-aturan yang ada. Man, kita hanya hidup sekali! Justru pengalaman-pengalaman seperti itu yang memperkaya diri kita dan membuat kita lebih hidup.

, cheers

 

Tuesday, April 20, 2010

Suryo Rudito, FSRD Institut Teknologi Bandung 2010

Segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam
yang telah membuat 14 April 2010 kemarin jadi salah satu hari yang paling berarti dalam hidup saya.

Bagi saya, FSRD ITB adalah sebuah pertaruhan besar, hidup atau mati, kuliah atau ngga kuliah. Karena saya udah terlanjur terlalu berani untuk berkeputusan di kelas 3 ini, dimana semua temen-temen seangkatan saya belajar keras hampir semua pelajaran demi mendapatkan perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan.
Sedangkan, saya? Tidak sama sekali. Karena saya hanya ingin kuliah difakultas desain, yang pilihan universitasnya hanya sedikit yaitu hanya fakultas seni rupa desain ITB dan desain produk  ITS, sudah seharusnya saya belajar matematika, b indonesia, kemampuan IPS dan lain-lain sebagai pegangan buat tes ditempat lain kalo ITS dan ITB nya ga dapet. Sebuah langkah tolol tanpa pikir panjang. Saya hanya belajar gambar suasana dan gambar kreatif di Villa Merah, sedikit skolastik dan sangat sedikit bahasa inggris.
Sedangkan disisi lain, saya diberatkan oleh sebuah tanggung jawab, dimana kedua kakak saya sudah mendahului kuliah ditempat terbaiknya masing-masing, secara tidak langsung saya juga dituntut untuk tempat terbaik, sebisa mungkin perguruan tinggi negeri dan tidak mahal pastinya.


and finally..


YEAH, i got it!!

yang sebelumnya juga sudah didahului pengumuman membahagiakan lainnya, yaitu ITS.


Alhamdulillah, Allah mendengar doa saya, Alhamdulillah Allah meridhoi kerja keras saya, Alhamdulillah Allah membantu saya untuk membuat orang tua saya dan orang-orang disekitar saya bangga.

Melalui hasil tersebut, saya belajar banyak.
-Bahwa kalo kita niat, kita bekerja keras dan kita optimis, kita pasti bisa dapetin yang kita mau. Karena disini saya udah ngebuktiin, kerja keras saya bolak-balik rawalumbu-kebayoran buat belajar di Villa Merah, malah kadang-kadang terpaksa naik motor ampe pernah sakit segala, terbayar sudah.
-Do What You Love, seperti yang udah saya tulis dipost sebelumnya. Karena saya sadar potensi saya disini, saya kerja keras dibidang yang saya bisa ini. Yang alhamdulillah berhasil baik. Saya ngga pinter matematika, geografi, apalagi ekonomi, dan lain-lain, namun saya bisa mendapatkan sebuah fakultas seni rupa dan desain terbaik di Indonesia karena saya menekuni bidang yang saya bisa ini.
-Jangan sekali-sekali meremehkan orang lain. Dengan ini saya seperti membalaskan dendam kepada orang-orang terutama guru-guru yang selama ini selalu meremahkan saya dan selalu khawatir saya ga bakal dapet perguruan tinggi negeri yang bagus. Yeaa, eat that shit.
-DON'T EXPECT TO MUCH
-DON'T BE ARROGANT, karena kesombongan cuma membuyarkan konsentasi kita dalam mencapai kesuksesan. Cobalah bersikap rendah hati.
-Sertakan tuhan dalam setiap urusan. Saya percaya, walaupun ini juga berkat kerja keras saya sendiri, tapi semua ini tidak lepas dari tangan tuhan. Maka, janganlah pernah berhenti berdo'a, karena ia lah satu-satunya yang mengatur keberuntungan, dan keberuntungan adalah salah satu senjata terbesar untuk sukses.
-Ridho orang tua. Saya juga percaya, semua ini berkat do'a-do'a orang tua saya, yang sangat ingin saya kuliah di Bandung supaya ngga jauh dari keduanya.

, cheers.

Friday, April 2, 2010

Jadilah Yang Terbaik Walaupun Diantara Para Pecundang

Beberapa hari yang lalu, tanggal 27-28 Maret 2010, mungkin akan jadi salah satu tanggal terpenting dari hidup gue. Kenapa? Karena dari yang pernah gue denger dari orang tua, hidup itu ada 3 'placement test' yang sangat menentukan jalan kita, yaitu Kerja, Menikah dan KULIAH. Karena 2 hari tersebut adalah tanggal Ujian Saringan Masuk Institut Teknologi Bandung. Yup, Universitas yang sangat gue impi-impikan dari gue kelas 3 SMP, Fakultas Seni Rupa dan Desain terbaik di Indonesia. Bukankah semakin bagus tempat kita belajar semakin besar kemungkinan kita untuk lebih pintar? Untuk itu gue berusaha sebaik mungkin agar mendapat tempat yang terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik juga.

Sering kali, celetukan-celetukan menyebalkan (terutama dari orang-orang tua) datang mengomentari keputusan gue untuk memilih jurusan Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Om : "Yo, kamu udah kelas 3 kan ya?"
Gue : "Iya Om hehe"
O : "Oooh, ntar kuliah mau ambil jurusan apa?"
U : "Mau ngambil Desain di ITB om."
FYI, Biasanya gue nyebut FSRD sebagai 'desain' bukan 'seni rupa', supaya prestisnya sedikit lebih naik dimata orang-orang tua.
O : "Oh Seni Rupa itu ya. Ngapain? Mau jadi pelukis di Pasar Baru kamu? Ambil ekonomi aja!"

Ini lah salah satu pola pikir sempit yang gue benci dari penilaian sebagian besar orang terhadap Fakultas Seni Rupa. Mereka hanya memandang sekilas, tanpa mengetahui perkembangan profesi dibidang seni rupa jaman sekarang. Terlebih lagi kaum orang tua yang hidupnya berbeda zaman.

Oke, emang gue akuin kebanyakan lulusan FSRD ngga lebih tajir dari lulusan FE. Terlebih lagi gue seorang laki-laki yang kelak akan bertanggung jawab menghidupi keluarga. Tapi inget, ngga semua lulusan FSRD lebih miskin dari lulusan dari lulusan FE kan. Lalu, mengapa tidak kita kejar kemungkinan itu? Menurut saya lebih hebat menjadi yang terbaik dalam FSRD daripada yang biasa-biasa aja di FE.

Toh banyak juga lulusan fakultas-fakultas 'menjamin' yang ternyata tidak sukses. Kenapa? Karena menurut saya, banyak orang-orang yang hanya mengejar prospek kedepannya, lapangan kerjanya dan lain-lain, tanpa memperhatikan minat dan kemampuan mereka. Keterpaksaan dan ketidakmampuan membuat mereka hancur dengan sendirinya karena hati mereka menolak. Karena perbuatan tanpa didasari cinta dan rasa tulus tidak akan berbuah manis. Sedangkan kebalikannya, jika kita menekuni sesuatu yang kita cintai hasilnya pasti akan jauh lebih baik. Bukan kah selain materi kita juga membutuhkan kepuasan batin dalam hidup ini?

Jadi lah manusia yang terbaik dibidangnya, walaupun seorang tukang bakso sekalipun, buatlah bakso terenak didunia yang laris hingga dapat membuka restoran bakso bercabang-cabang. Jangan paksakan jadi insinyur, yang akhirnya menganggur karena lulus kuliah dengan nilai buruk, karena semasa kuliah ia mempelajari sesuatu yang tidak ia sukai.

Karena itu lah gue memutuskan untuk mengambil FSRD. Karena gue yakin, disini gue belajar hal-hal yang gue cintai dan kalo gue mau berusaha, gue yakin gue bisa jadi salah satu yang terbaik dibidang ini. Sehingga lapangan kerja pun menjemput, lalu gue akan membuktikan seorang seniman pun bisa lebih berduit daripada seorang bussinesman. Akan gue buktikan nanti, dengan janji lelaki.

So, just do what you love.

Sunday, March 28, 2010

Intro

Well, mungkin udah ada yang tau sebelumnya blog ini udah ada isinya, tapi karena gue memutuskan untuk membuat blog tersendiri untuk Ngepost karya-karya gue, sekalian kebutuhan komersil juga,
yaitu di

http://ruditosuryo.blogspot.com

Jadi gue memutuskan untuk mengalih fungsikan blog ini jadi untuk tulisan-tulisan gue aja.
Mungkin blog ini akan terlihat agak narsis, karena mungkin gue akan (sedikit) banyak menceritakan diri gue, yang pada dasarnya kalian tidak ingin tahu. Ya karena emang tujuan gue nulis blog ini cuma mau share kok. Ngga dikonsumsi publik juga ga masalah. Tapi disini gue juga bakal nulis opini-opini gue, pendapat, review sesuatu atau pengalaman-pengalaman pribadi (yang tentu saja ngga secetek pengalaman sehari-hari kita yang sangat ga penting) yang mungkin berharga dan bisa kalian ambil pelajarannya.

Hmm, sekian saja basa-basinya,

Cheers for the first post of this blog!